Mengupas Tuntas Metode Harga Pokok Pesanan (Full Costing): Dari Proses Pengantar Hingga Lanjutan.
Dalam dunia manufaktur, tidak semua produk dibuat secara massal. Banyak perusahaan, seperti percetakan, kontraktor bangunan, pembuat furnitur kustom, atau bengkel modifikasi, beroperasi berdasarkan pesanan spesifik dari pelanggan. Untuk menentukan harga jual yang tepat dan mengukur profitabilitas setiap pesanan, perusahaan-perusahaan ini memerlukan sistem akuntansi biaya yang spesifik, yang dikenal sebagai Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing).
Artikel ini akan membahas secara mendalam penerapan
metode harga pokok pesanan menggunakan pendekatan Full Costing (Absorption
Costing). Pendekatan ini mengalokasikan semua biaya produksi baik
variabel maupun tetap ke dalam harga pokok produk.
Kita akan membedah alur kerjanya, mulai dari proses
pengantar (siklus akuntansi dasar) hingga proses lanjutan (penanganan
kasus-kasus khusus seperti produk rusak atau sisa bahan).
Karakteristik Utama Harga Pokok Pesanan
Metode harga pokok pesanan memiliki beberapa
karakteristik kunci yang membedakannya dari metode harga pokok proses (process
costing):
- Produksi
Bersifat Terputus-putus:
Produksi dilakukan berdasarkan pesanan yang masuk, bukan untuk mengisi
persediaan secara kontinu.
- Produk
Bersifat Heterogen:
Setiap pesanan (atau "job") unik dan memiliki spesifikasi yang
berbeda sesuai permintaan pelanggan.
- Pengumpulan
Biaya per Pesanan:
Biaya produksi (bahan baku, tenaga kerja, dan overhead) dikumpulkan dan
diakumulasikan untuk setiap pesanan secara individual.
- Dokumen
Kunci: Kartu Biaya Pesanan (Job Cost Sheet): Ini adalah dokumen utama (buku besar pembantu) yang
merinci semua biaya yang dibebankan ke pesanan tertentu. Total biaya di
kartu inilah yang akan menjadi harga pokok pesanan tersebut.
Konsep Full Costing dalam Metode Pesanan
Inti dari pendekatan Full Costing adalah bahwa
semua biaya yang terkait dengan proses produksi—tanpa memandang perilakunya
(variabel atau tetap)—dianggap sebagai biaya produk (product cost).
Biaya-biaya ini "melekat" pada produk dan baru
akan diakui sebagai beban (dalam bentuk Harga Pokok Penjualan/HPP) ketika
produk tersebut terjual.
Komponen biaya dalam metode pesanan full costing
meliputi:
- Biaya
Bahan Baku Langsung (BBL):
Bahan baku yang dapat dengan mudah dan langsung ditelusuri ke pesanan
tertentu (misal: kayu untuk meja pesanan A, kain untuk gaun pesanan B).
- Biaya
Tenaga Kerja Langsung (BTKL): Upah pekerja yang secara langsung mengerjakan pesanan tersebut
(misal: upah tukang kayu yang merakit meja A).
- Biaya
Overhead Pabrik (BOP):
Semua biaya produksi selain BBL dan BTKL. Dalam
full costing, ini mencakup:
- BOP
Variabel: Listrik mesin,
bahan penolong (lem, paku), upah mandor.
- BOP
Tetap: Biaya sewa pabrik,
depresiasi mesin, gaji manajer pabrik.
Tantangan terbesar dalam metode pesanan adalah
mengalokasikan BOP—terutama yang tetap—secara adil ke setiap pesanan.
Proses Pengantar: Siklus Akuntansi Biaya Pesanan
"Proses Pengantar" merujuk pada alur akuntansi
dasar untuk mencatat dan mengakumulasi biaya dari awal hingga pesanan selesai.
”Akumulasi Biaya Produksi”
Pencatatan Bahan Baku:
- Pembelian: Bahan baku (langsung maupun tidak langsung) dibeli.
- Jurnal: (Dr)
Persediaan Bahan Baku, (Cr) Kas/Utang Dagang.
- Pemakaian
BBL: Berdasarkan formulir
permintaan bahan (material requisition form) untuk pesanan tertentu
(misal: Pesanan #101).
- Jurnal: (Dr) Barang Dalam Proses -
Pesanan #101, (Cr) Persediaan Bahan Baku.
- Pemakaian
Bahan Penolong (Overhead):
Bahan tidak langsung (lem, paku) yang digunakan.
- Jurnal: (Dr) Biaya Overhead Pabrik -
Sesungguhnya (Control), (Cr) Persediaan Bahan Baku.
Pencatatan
Tenaga Kerja:
- Pencatatan
BTKL: Berdasarkan kartu
jam kerja (time ticket) yang menunjukkan waktu kerja untuk Pesanan #101.
- Jurnal: (Dr)
Barang Dalam Proses - Pesanan #101, (Cr) Utang Gaji & Upah.
- Pencatatan
Tenaga Kerja Tidak Langsung (Overhead): Gaji mandor, satpam pabrik, dll.
- Jurnal: (Dr) Biaya Overhead Pabrik -
Sesungguhnya (Control), (Cr) Utang Gaji & Upah.
Pencatatan Biaya Overhead Pabrik (BOP):
Ini adalah bagian paling krusial. Kita tidak bisa
menunggu akhir tahun untuk tahu total BOP. Oleh karena itu, kita menggunakan
Tarif BOP Ditentukan Di Muka (Predetermined FOH Rate).
- Menghitung Tarif:
Dilakukan di awal periode (misal: awal tahun).
o
Tarif BOP = (Total Estimasi Anggaran BOP) /
(Total Estimasi Dasar Pembebanan)
·
(Dasar
pembebanan bisa berupa: Jam
Tenaga Kerja Langsung, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Jam Mesin, dll)
o
Contoh: (Estimasi BOP Rp 1.000.000) / (Estimasi
1.000 Jam Kerja Langsung) = Rp 1.000 per Jam Kerja Langsung.
- Pembebanan
BOP ke Pesanan (BOP Dibebankan/Applied): Selama periode berjalan, setiap kali BTKL
dicatat, BOP juga dibebankan ke pesanan menggunakan tarif tadi. Jika
Pesanan #101 menghabiskan 20 jam kerja langsung:
- Pembebanan: 20
Jam x Rp 1.000/jam = Rp 20.000
- Jurnal: (Dr)
Barang Dalam Proses - Pesanan #101, (Cr) Biaya Overhead Pabrik -
Dibebankan.
- Pencatatan
BOP Sesungguhnya (Actual): Biaya
seperti depresiasi, sewa, listrik pabrik yang benar-benar terjadi dicatat.
- Jurnal: (Dr)
Biaya Overhead Pabrik - Sesungguhnya (Control), (Cr) Akum.
Depresiasi/Kas/Utang Biaya.
Pesanan Selesai dan Penjualan
Pesanan Selesai:
Ketika Pesanan #101 selesai, total biaya dari Kartu Biaya
Pesanan (Total BBL + Total BTKL + Total BOP Dibebankan) dihitung dan
dipindahkan dari "Barang Dalam Proses" ke "Barang Jadi".
- Jurnal:
(Dr) Persediaan Barang Jadi, (Cr) Barang Dalam Proses - Pesanan #101.
Penjualan Pesanan:
Ketika Pesanan #101 diserahkan ke pelanggan, ada dua
jurnal yang dibuat:
- Mencatat Pendapatan:
- Jurnal:
(Dr) Kas/Piutang Dagang, (Cr) Penjualan.
- Mencatat Harga Pokok Penjualan (HPP/COGS):
- Jurnal: (Dr) Harga Pokok Penjualan, (Cr)
Persediaan Barang Jadi.
Proses Lanjutan: Penanganan Kasus Khusus
Dalam produksi nyata, tidak semuanya berjalan mulus.
"Proses Lanjutan" membahas bagaimana akuntansi menangani penyimpangan
ini.
Penanganan Selisih Biaya Overhead Pabrik (FOH Variance)
Pada
akhir periode, kita membandingkan total BOP Sesungguhnya (Control)
dengan total BOP Dibebankan (Applied).
- Underapplied
(Kurang Dibebankan):
Terjadi jika (Sesungguhnya > Dibebankan). Artinya,
biaya produk terlalu rendah.
- Overapplied
(Lebih Dibebankan):
Terjadi jika (Sesungguhnya < Dibebankan). Artinya,
biaya produk terlalu tinggi.
Perlakuan Selisih: Selisih ini harus ditutup pada akhir periode.
- Jika
Tidak Signifikan:
Paling umum, selisih (baik Under maupun Over) langsung ditutup ke akun Harga
Pokok Penjualan (HPP).
- Jurnal (Underapplied): (Dr) Harga Pokok
Penjualan, (Dr) BOP Dibebankan, (Cr) BOP Sesungguhnya.
- Jika
Signifikan: Selisih
dialokasikan secara proporsional ke akun-akun tempat BOP tadi berada:
Barang Dalam Proses, Barang Jadi, dan HPP.
Penanganan Produk Rusak (Spoilage)
Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar
dan tidak dapat diperbaiki, atau jika diperbaiki biayanya terlalu mahal.
- Kerusakan
Normal (Normal Spoilage):
Dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari produksi.
- Jika
melekat pada pesanan tertentu (spesifik): Biaya produk rusak tetap dibebankan pada pesanan
tersebut (membuat HPP pesanan itu lebih tinggi).
- Jika
umum terjadi (untuk semua pesanan): Biaya kerusakan (setelah dikurangi nilai jual jika
ada) dibebankan ke BOP Sesungguhnya (Control), sehingga akan
terserap oleh semua pesanan melalui tarif BOP.
- Kerusakan
Tidak Normal (Abnormal Spoilage): Terjadi karena keteledoran atau kejadian luar
biasa. Biayanya TIDAK boleh dibebankan ke produk.
- Jurnal:
(Dr) Kerugian atas Produk Rusak Tidak Normal, (Cr) Barang Dalam Proses. (Diakui sebagai period cost /
biaya periode).
Penanganan
Produk Cacat (Defective Units / Rework)
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar,
tetapi dapat diperbaiki secara ekonomis (disebut pengerjaan ulang atau rework).
- Cacat
Karena Spesifikasi Pesanan (Spesifik): Jika pelanggan meminta perubahan rumit yang
menyebabkan cacat. Biaya perbaikan (BBL, BTKL, BOP) dibebankan langsung ke
pesanan tersebut.
- Jurnal:
(Dr) Barang Dalam Proses - Pesanan Ybs, (Cr) Persediaan Bahan Baku/Utang
Gaji/BOP Dibebankan.
- Cacat
Karena Proses Internal (Umum): Jika terjadi karena kesalahan internal yang wajar. Biaya
perbaikan dianggap sebagai BOP.
- Jurnal: (Dr) Biaya Overhead Pabrik -
Sesungguhnya (Control), (Cr) Persediaan Bahan Baku/Utang Gaji/BOP
Dibebankan.
Penanganan Sisa Bahan (Scrap)
Sisa bahan adalah residu produksi yang masih memiliki
nilai jual (misal: serutan kayu, potongan kain, serbuk logam).
- Jika
Nilai Jual Scrap Dianggap Milik Pesanan (Spesifik): Saat scrap dijual, hasilnya mengurangi biaya
pesanan tersebut.
- Jurnal:
(Dr) Kas/Persediaan Sisa Bahan, (Cr) Barang Dalam Proses - Pesanan Ybs.
- Jika
Scrap Adalah Hal Umum (Umum): Paling sering terjadi. Saat scrap dijual, hasilnya dianggap sebagai
pengurang BOP.
- Jurnal: (Dr) Kas/Persediaan Sisa Bahan,
(Cr) Biaya Overhead Pabrik - Sesungguhnya (Control).
Metode Harga Pokok Pesanan dengan pendekatan Full Costing
adalah alat yang vital bagi perusahaan berbasis proyek atau kustom. Metode ini
memastikan bahwa setiap pesanan menanggung beban biaya produksi secara penuh,
termasuk biaya overhead tetap pabrik.
Memahami "Proses Pengantar" (siklus akuntansi dasar dan pembebanan BOP) sangat penting untuk penetapan harga. Sementara itu, menguasai "Proses Lanjutan" (penanganan selisih, produk rusak, cacat, dan sisa bahan) sangat krusial untuk pengendalian biaya yang akurat dan pelaporan keuangan yang jujur.
- Perbedaan SAK EMKM dan SAK Umum
- Pengertian Aset: Jenis, Contoh, dan Cara Mengelola
- Perbedaan Laporan Laba Rugi dan Neraca
- Dasar-Dasar Jurnal Umum untuk Pemula
- Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
- Dasar-Dasar Neraca dan Laporan Laba Rugi
- Apa Itu Jurnal Umum dalam Akuntansi?
- Pengertian Akuntansi dan Tujuan Utamanya
- Siklus Akuntansi: Langkah-Langkah dari Transaksi hingga Laporan
- Perbedaan Laporan Keuangan untuk UMKM dan Perusahaan Besar
- Pengertian dan Fungsi Anggaran dalam Perusahaan
- Dasar-Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
0 Comments