Akuntansi Biaya (Cost Accounting) adalah sistem informasi yang mengukur, menganalisis, dan melaporkan data biaya yang berkaitan dengan proses produksi barang atau jasa. Tujuannya adalah untuk membantu manajemen dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan, terutama dalam penetapan harga pokok produk.
📚 Materi Utama Akuntansi Biaya
Materi Akuntansi Biaya secara garis besar meliputi klasifikasi biaya,
pengumpulan biaya, penentuan harga pokok produk, dan teknik analisis biaya.
1. Klasifikasi dan Konsep Biaya
Ini adalah fondasi dari akuntansi biaya. Memahami bagaimana biaya
dikelompokkan sangat penting.
- Elemen Biaya Produksi:
- Bahan Baku Langsung (Direct Material - DM):
Bahan utama yang menjadi bagian integral dari produk jadi dan dapat
ditelusuri secara langsung ke produk tersebut (misalnya, kayu untuk meja,
kain untuk baju).
- Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor - DL):
Upah pekerja yang terlibat langsung dalam proses konversi bahan baku
menjadi produk jadi (misalnya, upah tukang kayu, upah penjahit).
- Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead -
FOH): Semua biaya produksi selain DM dan DL. Seringkali disebut biaya
tidak langsung. Ini bisa berupa:
- Bahan baku tidak langsung (misalnya, lem,
benang).
- Tenaga kerja tidak langsung (misalnya, mandor,
petugas keamanan pabrik).
- Biaya pabrikasi lainnya (misalnya, listrik
pabrik, penyusutan mesin, sewa pabrik).
- Biaya Berdasarkan Perilaku (Cost Behavior):
- Biaya Tetap (Fixed Cost): Biaya yang
jumlah totalnya tidak berubah meskipun terjadi perubahan volume
produksi dalam rentang yang relevan (misalnya, sewa pabrik, gaji
manajer).
- Biaya Variabel (Variable Cost): Biaya
yang jumlah totalnya berubah secara proporsional terhadap
perubahan volume produksi (misalnya, biaya bahan baku, komisi penjualan).
- Biaya Semi-variabel (Mixed Cost): Biaya
yang memiliki komponen tetap dan variabel (misalnya, biaya listrik, di
mana ada biaya beban tetap dan biaya pemakaian variabel).
2. Metode Pengumpulan Biaya
Produksi
Perusahaan menggunakan berbagai
metode untuk mengakumulasi biaya dan menentukan harga pokok produk (Cost of Good Manufactured Sold).
- Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing):
- Digunakan untuk perusahaan yang memproduksi barang
berdasarkan pesanan pelanggan atau produk yang memiliki identitas
terpisah.
- Biaya dikumpulkan per pesanan (job).
- Contoh: Perusahaan percetakan, kontraktor
bangunan, pabrik mebel pesanan khusus.
- Metode Harga Pokok Proses (Process Costing):
- Digunakan untuk perusahaan yang memproduksi produk
yang homogen secara terus-menerus melalui serangkaian
departemen atau proses.
- Biaya dikumpulkan per departemen periode.
- Konsep Unit Ekuivalen Produksi menjadi
kunci untuk menilai persediaan barang dalam proses.
- Contoh: Pabrik semen, pabrik tekstil, perusahaan
minuman botol.
3. Teknik Perhitungan Biaya
Setelah biaya dikumpulkan, ada
beberapa teknik untuk menentukan harga pokok produk.
- Full Costing (Metode Biaya Penuh):
- Membebankan semua biaya produksi (DM, DL,
dan FOH Variabel + FOH Tetap) sebagai Harga Pokok Produk.
- Biaya non-produksi (pemasaran dan administrasi)
diperlakukan sebagai biaya periode.
- Variable Costing (Metode Biaya
Variabel Langsung):
- Hanya membebankan biaya produksi variabel
(DM, DL, dan FOH Variabel) sebagai Harga Pokok Produk.
- FOH Tetap diperlakukan sebagai biaya
periode (beban).
- Berguna untuk pengambilan keputusan jangka pendek
dan analisis CVP (Cost-Volume-Profit).
- Activity Based Costing (ABC):
- Metode yang lebih modern untuk mengalokasikan FOH,
di mana biaya dibebankan ke produk berdasarkan aktivitas yang
mengkonsumsi sumber daya.
- Menggunakan cost driver (pemicu biaya) yang
lebih spesifik daripada hanya jam kerja langsung atau jam mesin.
📝 Contoh Kasus Akuntansi
Biaya
Contoh Kasus 1: Perhitungan
Harga Pokok Produksi (Job Order Costing)
Sebuah perusahaan mebel, PT.
Furni Indah, menerima pesanan dari Tuan Bima untuk membuat 10 set meja makan.
Data biaya untuk Pesanan No. 001 adalah sebagai berikut:
|
Elemen Biaya |
Keterangan |
Jumlah Biaya |
|
Bahan Baku Langsung (DM) |
Kayu Jati |
Rp 20.000.000 |
|
Tenaga Kerja Langsung (DL) |
Upah Tukang Kayu (100 jam
kerja) |
Rp 5.000.000 |
|
Biaya Overhead Pabrik (FOH) |
Dialokasikan berdasarkan 50%
dari DL |
? |
Asumsi: Perusahaan
menggunakan metode harga pokok pesanan, dan FOH dialokasikan (dibebankan)
sebesar 50% dari Biaya Tenaga Kerja Langsung.
Penyelesaian:
- Hitung FOH yang Dialokasikan:
FOH Dialokasikan = Persentase Alokasi x DL
FOH Dialokasikan = 50% x Rp. 5.000.000 = Rp. 2.500.000
- Hitung Harga Pokok Produksi Total (HPP) untuk
Pesanan No. 001:
HPP Total = DM + DL + FOH Dialokasikan
HPP Total = Rp. 20.000.000 +
Rp. 5.000.000 + Rp. 2.500.000$$
HPP Total = Rp. 27.500.000
- Hitung Harga Pokok Per Unit:
HPP
Per Unit = HPP Total
Jumlah Unit Diproduksi
= HPP Per Unit = Rp. 27.500.000
10 set
= Rp. 2.750.000 per set
Keputusan Manajemen:
Informasi ini digunakan oleh manajemen untuk menentukan harga jual
kepada Tuan Bima. Jika Tuan Bima ditawarkan harga Rp 3.500.000 per set,
manajemen tahu perusahaan akan memperoleh margin kotor sebesar Rp 750.000 per
set (sebelum dikurangi biaya non-produksi).
Contoh Kasus 2: Analisis Titik
Impas (Break Even Point - BEP)
PT. Cipta Rasa memproduksi
keripik kentang. Manajemen ingin mengetahui berapa banyak unit yang harus
dijual untuk mencapai Titik Impas (BEP) dan berapa penjualan untuk
mencapai laba target.
|
Elemen Biaya |
Jumlah (Total) |
Jumlah (Per Unit) |
|
Harga Jual (P) |
Rp 10.000/unit |
|
|
Biaya Variabel (VC) |
Rp 6.000/unit |
|
|
Biaya Tetap (FC) |
Rp 40.000.000 |
Penyelesaian:
- Hitung Marjin Kontribusi Per Unit (Contribution Margin - CM):
CM per Unit = Harga Jual (P) - Biaya Variabel (VC)
CM per Unit = Rp 10.000 -
Rp. 6.000 = Rp. 4.000 per unit
- Hitung BEP dalam Unit:
BEP (Unit) = Biaya Tetap (FC)
CM per Unit
BEP (Unit) = Rp. 40.000.000
Rp. 4.000
= 10.000 unit
Artinya, PT. Cipta Rasa harus
menjual 10.000 unit keripik kentang agar total pendapatan sama dengan
total biaya (laba Rp 0).
- Hitung Penjualan untuk Laba Target: Manajemen menargetkan laba sebesar Rp. 20.000.000.
Penjualan Target (Unit) = Biaya Tetap (FC) + Laba Target
CM per Unit
Penjualan Target (Unit) = Rp. 40.000.000 + Rp. 20.000.000
Rp. 4.000
Penjualan Target (Unit) = Rp 60.000.000
Rp. 4.000
= 15.000 unit
Keputusan Manajemen: Untuk mencapai target laba Rp 20.000.000, PT. Cipta Rasa harus menjual 15.000 unit produknya.
Baca Juga:
- Perbedaan SAK EMKM dan SAK Umum
- Pengertian Aset: Jenis, Contoh, dan Cara Mengelola
- Perbedaan Laporan Laba Rugi dan Neraca
- Dasar-Dasar Jurnal Umum untuk Pemula
- Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
- Dasar-Dasar Neraca dan Laporan Laba Rugi
- Apa Itu Jurnal Umum dalam Akuntansi?
- Pengertian Akuntansi dan Tujuan Utamanya
- Siklus Akuntansi: Langkah-Langkah dari Transaksi hingga Laporan
- Perbedaan Laporan Keuangan untuk UMKM dan Perusahaan Besar
- Pengertian dan Fungsi Anggaran dalam Perusahaan
- Dasar-Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
0 Comments